Sanggupkah Aku?

Berhentilah memikirkan dia jika hanya membuat kamu sakit. Berhentilah menangisinya jika hanya sesak dan perih yang kamu dapatkan. 
Apa untungnya terus menerus memikirkan seseorang yang bahkan tidak pernah memikirkan kita? Apa untungnya terus menerus menangisi seseorang yang bahkan bisa terus tertawa tanpa memikirkan perasaan kita?

Jika dengan menangisinya kamu bisa menghapus semua luka, maka menangislah sekencang kencangnya. Tapi jika dengan menangisinya membuatmu semakin terluka, maka tertawalah sekeras kerasnya.
Tertawakanlah kebodohanmu karna bisa dengan mudah disakiti oleh sikap manisnya. Tertawakanlah kebodohanmu karna terus menerus berusaha mempertahankannya.

Jangan pernah kamu berfikir bahwa semua yang telah terjadi adalah kesalahan kamu. Karna pikiran itu akan membuat dia semakin terbang tinggi dengan kesombongan dan keangkuhannya. Kamu boleh merindukannya, tapi jangan terbuai dan lemah dengan rasa rindu itu. Bahkan kamu boleh terus menjaga cintanya, tapi jangan pernah lupa bagaimana dia menyakiti perasaan cinta itu. Dengan begitu kamu akan tau seberapa pantas dia berada dihatimu. Seberapa pantas dia terus menerus menjadi tumpuan setiap langkah kakimu.





Kalimat itu yang selalu aku tanamkan di pikiranku. Semua kalimat itu yang selalu membuatku bangkit dari keterpurukan. Tapi bodohnya aku, karna setiap hari kalimat itu yang ada di dalam hidupku. Itu artinya, setiap hari aku jatuh dalam keterpurukan yang sama. Keterpurukan yang entah mengapa tak pernah ada habisnya, tak pernah ada jalan keluarnya. Atau mungkin jalan keluar itu ada di depan mata, tapi aku yang tak pernah mau berusaha masuk ke dalamnya.

Bodoh. Naif lebih tepatnya. Aku tak pernah mau mengakui bahwa dirimu sekarang telah pergi, meninggalkanku sendiri. Pergi dengan semua tawa yang telah kau rampas dari bibirku, semua tawa yang tak pernah kembali lagi padaku setelah kepergianmu. Bahkan sekarang tak ada air mata yang tersisa dari diriku. Bukan karna aku tegar menghadapi semua itu, tapi karna aku sudah tak bisa menghitung lagi seberapa sering aku menangis untukmu. Hanya tangis dalam hati yang tersisa untukmu kini, sayangnya itu adalah tangis yang lebih menyakitkan meski tanpa air mata yang kukeluarkan.

Ya aku memang gadis dengan segala keegoisan yang tinggi. Egois karna tak pernah mau kehilangan sosok yang selama ini dicintai. Meski aku telah menyadari bahwa kamu tak lagi memiliki rasa untukku, aku tetap mempertahankanmu untuk berada disisiku. Terkadang aku menjadi gadis yang pemarah dan tak mau mengalah. Aku marah jika kamu terus berusaha lepas dari genggamanku, bahkan tak pernah mau mengalah hanya untuk memberi ruang gerak bagimu. 

Maafkan aku dengan semua sikap burukku. Aku hanya terlalu lemah untuk membencimu, atau aku yang tidak pernah mau berusaha untuk menanamkan rasa benci itu dalam diriku. Entahlah, aku bahkan sudah tidak mau mempedulikan semua itu. Yang aku tau sekarang, aku mencintaimu. Selalu. Mungkin juga selamanya. 








-Nana-

Komentar

  1. huaa... galau stadium akut nih nampaknya, ayoo.. tegarr dong, liat aje mentari masih bersinar terang :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. cuma meluapkan perasaan daripada dipendam :) makasih

      Hapus

Posting Komentar

"Recehan kalian sangat berarti untuk pembangunan blog ini kedepan. Terima kasih."

Postingan populer dari blog ini

Aku, Kamu, Dia, Mereka = INDONESIA

Bicara Hanya Bicara