Pemimpin, Cermin Bangsaku

Aku punya sebuah cerita. Cerita yang aku harap bisa membuka mata Bangsa Indonesia, dan mungkin bisa membuka mata dunia. Cerita tentang sisi lain dari Indonesia, sisi lain yang selama ini hanya dipandang sebelah mata. Bukan ingin menggurui atau ingin menyalahkan, tapi aku hanya ingin menunjukan bahwa kita bukan bangsa yang lemah, kita sebenarnya adalah bangsa yang kuat. Kekuatan yang sebenarnya bisa kita miliki dari kepercayaan bangsa kita sendiri.

Cerita ini berawal dari kedatangan adik sepupuku, Bunga. Anak cerdas dengan sejuta rasa ingin tau tentang apa yang ada disekitarnya, tapi sayangnya dia tinggal di kota metropolitan dengan segudang permasalahan. Hal itu yang membuat dia merasa asing saat datang ke rumahku, tempat dimana suasana masyarakatnya masih dipenuhi dengan kepercaayan dan rasa saling memiliki. Inilah ceritaku......


"Dik, gimana perbedaannya di rumah kakak dengan rumah kamu di Jakarta?"

"Jauh berbeda kak, kok disini masih ada ya orang saling membantu dan masih saja ada orang yang saling percaya satu sama lain. Padahal di Jakarta ngga ada orang-orang seperti ini, pemimpinnya saja banyak yang korupsi. Gimana rakyatnya bisa percaya?

"Nah, ini dia perbedaannya. Di daerah kakak, semua pekerjaan dibangun dari rasa kepercayaan, kepedulian, dan saling mengerti satu sama lain. Maka dari itu pemimpin di sini berusaha untuk menjaga kepercayaan masyarakatnya, karena menurut para pemimpin itu, usaha mereka tidak akan berhasil tanda adanya dukungan dan kepercayaan dari masyarakatnya."

"Selain itu pemimpin di sini masih menggunakan sistem musyawarah mufakat, dimana masyarakat diajak dalam pembangunannya. Sehingga tidak ada hal yang ditutup-tutupi, jadi tidak timbul kecurigaan atau salah sangka di dalam masyarakat terhadap pemimpinnya. Berbeda dengan kota besar seperti Jakarta, para pemimpin di sana terlalu terpaku pada jabatan. Jika dia memiliki jabatan tinggi maka dia merasa lebih berkuasa dan memiliki segalanya dibandingkan dengan orang yang jabatannya rendah atau tidak memiliki jabatan. Mereka merasa memiliki hak untuk memperkaya diri mereka sendiri, sehingga mereka tidak memikirkan orang-orang di bawahnya. Mereka hanya mementingkan kekayaan diri sendiri, keluarga, dan golongan mereka saja."

"Tapi kak, bagaimana caranya pemimpin di daerah kakak berbeda dengan pemimpin di Jakarta. Bukankah mereka sama-sama disebut "pemimpin"?"

"Itulah bedanya, pemimpin di tempat kakak masih memandang orang-orang disekitarnya sebagai kawan sekaligus rekan. Karna masyarakatlah yang membangun jati diri seorang pemimpin secara tidak langsung. Jika masyarakat sudah percaya, maka pemimpin pun tidak akan menyia-nyiakan kepercayaan itu. Bedanya dengan di Jakarta adalah pemimpin menyalahgunakan kepercayaan itu sebagai wadah untuk mengeruk keuntungan. Keuntungan yang nantinya akan menjadi "harta karun" bagi mereka, sehingga tidak ada habis-habisnya keinginan mereka untuk terus mengeruk kekayaan dari pembangunan fasilitas kota, fasilitas pendidikan, fasilitas umum dan bahkan dari alam Indonesia. Mereka tidak peduli dengan dampak yang ditimbulkan, misalnya saja alam yang di eksploitasi. Kehancuran hutan, global warming, penembangan liar, dan lain sebagainya akan menyebabkan generasi penerus bangsa tidak memiliki kesempatan menikmati kekayaan alam yang dulunya masih asri."

"Lalu apa yang harus dilakukan, supaya pemimpin di kota besar bisa mencontoh apa yang dilakukan pemimpin di daerah kecil seperti ini?"

"Sebenarnya yang harus diperbaiki itu adalah sifat dan cara berfikir dari pemimpin itu sendiri. Seorang pemimpin harus bisa memposisikan dirinya sebagai "pelayan", dalam artian dia harus bisa melayani kebutuhan masyarakat dan membuat tatanan kotanya menjadi senyaman mungkin. Sehingga masyarakat itu mau memberikan timbal balik, berupa kerjasama yang dapat dibangun antara pemimpin dengan masyarakatnya. Dengan begitu pembangunan akan terus berlanjut, dan masyarakat akan merasa puas akan pelayanan yang diberikan."

"Hal itu yang membuat masyarakat akan dengan sukarela memberikan apa yang mereka miliki untuk pemimpinnya. Bahkan bisa saja masyarakat itu meminta  pemimpin tersebut untuk terus melanjutkan apa yang mereka bangun bersama. Contohnya saja, Presiden yang dua kali menjabat. Itu tandanya masyarakat percaya dengan pemimpinnya, dan menunggu apa lagi yang akan dilakukan sang pemimpin untuk memajukan bangsanya."

"Oh begitu. Bisa ngga sih kak anak-anak seperti aku menjadi pemimpin?"

"Tentu bisa adikku sayang. Karna kalian adalah generasi penerus bangsa, yang perlu kamu lakukan adalah berusaha bersikap, berperilaku, dan memposisikan diri menjadi bangsamu. Apa perasaanmu jika menjadi seseorang yang menjalankan perintah pemimpinnya? Apa yang kamu tuntut terhadap pemimpinmu? Apa yang kamu harapkan untuk masa depan kamu, keluargamu, dan teman-temanmu?"

"Itulah yang harus kamu pikirkan jika kamu menjadi seorang pemimpin. Bukan hanya memikirkan keuntungan dirimu tapi pikirkanlah kebutuhan bangsamu itu. Bahkan alam disekitarmu tidak boleh kamu acuhkan, karna dari sanalah kamu bisa hidup. Hal kecil sebagai contoh adalah oksigen. Kamu bisa bisa bernafas karna alam. Jadi, dari liburan ini apa yang kamu dapatkan untuk kamu ceritakan pada teman-temanmu di kota besar itu?"

"Waah, aku banyak belajar dari lingkungan di tempat kakak, bahkan alam disini. Aku bisa terus belajar untuk menjadi seorang pemimpin, agar aku bisa menunjukkan pada dunia bahwa pemimpin adalah cermin dari bangsaku. Aku juga akan berbagi cerita pada teman-temanku agar kami bisa membangun dunia bersama-sama sebagai generasi penerus bangsa."

"Tapi jangan lupa, bangun dunia dengan kejujuran, bangun dunia dengan kepercayaan, dan bangun dunia dengan tanggungjawab yang telah diberikan. Jangan pernah kecewakan orang yang percaya padamu, karna saat ini kamu sendiri telah tau rasanya jika dikecewakan oleh seorang pemimpin. Maka, jangan pernah kamu ulangi kesalahan itu."


Itulah sedikit cerita tentang Indonesia, dimana pemimpin adalah seseorang yang paling berkuasa. Bahkan hukum di Indonesia bisa diukur dengan banyaknya uang yang dimiliki. Jangan biarkan kebiasaan ini menjadi sebuah adat dan budaya bagi bangsa kita. Pesanku untuk generasi penerus bangsa, teruskanlah pembangunan bangsa ini sesuai dengan kepribadian yang telah dibangun sejak kita merdeka. Yaitu, mengikuti Pancasila.










-Bangsa Indonesia-

Komentar

  1. wah nana ikutan lomba ini juga, semoga menang :) *Saling mendukung* besok balik lagi deh, mata udah siwer ._.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tidurlah kau nak~~~
      Iyaaa iseng doang kok hehehe tapi kalo menang mah amin banget hil :))
      Semangat buat kamu juga yaaaah!!!

      Hapus
    2. maaf baru mampir lagi, hehe
      sedikit curhat tentang kepemimpinan, sebenernya males juga udah 4 tahun jadi pemimpin di kelas apalagi pas SMA banyak banget tanggung jawabnya, padahal gak ngajuin diri tapi dipilih, emang udah ada aura pemimpin kali yah 8) . Terpaksa harus ngejalanin tugas dengan segala kemampuan walau masih ada yang kurang dan bikin males, meskipun seorang KM tapi yang namanya jadi pemimpin itu susah

      Hapus
    3. Itu namanya kepercayaan Sahiiil, artinya mereka percaya sama elo :)
      Sekarang tinggal elo yg harus ngejalanin tanggungjawab itu sekaligus ngejaga kepercayaan itu.
      Anggap aja latihan buat jadi pemimpin masa depan. Amin.

      Hapus
  2. Semua karena keadaan. Di Jakarta, euphoria kehidupan berkelas itu sangat terasa. Makanya, kebanyakan disana menilai dengan harta dan tahta. Perlu kesadaran diri setiap individual termasuk pemimpinnya.
    Sukses di :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju sama kakak :)
      Uang bukan segalanya, tapi segalanya perlu uang. Terkadang kata-kata itu ada benarnya.
      Sukses buat kak puneeeh juga :')

      Hapus
  3. Nice post...
    ya nih, semakin lama pancasila hanya diucapkan pada hari senin,
    dan tidak maksimal penggunaannya, atau mungkin sudah dilupakan...
    hanya sebatas kata yang tidak di amalkan.
    Moga menang ya! :D
    Jangan lupa Gogreen!
    salam kancut! :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masih banyak juga yg saat upacara tidak ikut mengucapkan Pancasila :)
      Bahkan pejabat pemerintahan ada yg tidak hapal Pancasila.
      Mereka hanya menjadikannya dasar negara, bukan dasar dalam bernegara.
      Makasih doanya :))
      Salam Pramuka!!

      Hapus
  4. setuju banget deh, semoga pemimpin-pemimpin Indonesia besok-besok makin baiiiiik :D
    sukses ya ;)

    BalasHapus
  5. pemikiran yang sangat kritis kawan,,
    semoga indonesia akan jauh lebih baik


    Kunjungan blogwalking.
    Sukses selalu..
    kembali tak lupa mengundang juga rekan blogger
    Kumpul di Lounge Event Blogger "Tempat Makan Favorit"

    Salam Bahagia

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin.
      Saya rasa kita semua ingin yang terbaik untuk Indonesia.

      Semoga sukses. Salam Sejahtera!!

      Hapus
  6. Memang, indonesia yang sekarang itu lagi krisis kepemimpinan, udah saatnya generasi muda menggantikannya, nggak ikut - ikutan pemimpin sekarang yang isinya korupsi doang -_-

    BalasHapus
    Balasan
    1. Indonesia udah krisis kepemimpinan sejak dulu, tapi kita aja yg ngga sadar karna baru-baru ini krisis kepemimpinan itu bertambah parah -___-
      Ayoooo semangat buat generasi muda!!

      Hapus

Posting Komentar

"Recehan kalian sangat berarti untuk pembangunan blog ini kedepan. Terima kasih."

Postingan populer dari blog ini

Aku, Kamu, Dia, Mereka = INDONESIA

Sanggupkah Aku?

Bicara Hanya Bicara