DANDELION



“Hilang. Tak hanya raga, tapi juga rasa dan semua asa.”

Tak ada tangis untuk kepergianmu. Tak ada sesal atas keputusanmu. Bahkan ku antarkan kepergianmu dengan lambaian tangan dan sebuah senyuman. Aku tak memiliki alasan memintamu untuk bertahan. Aku juga tak memiliki alasan memaksamu untuk melepaskan. 



Cinta? Ah.. Itu bukan alasan.


Jika aku mengatas namakan cinta untuk menggenggam, aku takut genggaman itu teramat kuat untuk kau rasakan. Sebab cinta dariku terlalu membabi buta untukmu. Aku tak ingin memberimu sesak atas genggaman. Aku ingin menciptakan kebahagiaan, bukan kesakitan.


Jika dipikirkan lagi, sesungguhnya cintalah yang mengajarkanku untuk ikhlas melepas. Biar ku jelaskan sedikit untukmu..


Kamu tahu bunga Dandelion?


Dia mencintai benih-benihnya, tapi dia tak pernah melarang benih-benih itu untuk terbang. Tak pernah ada tangis atas kepergian benih-benih Dandelion.


Cinta, adalah alasannya.


Dia tahu benih-benih itu pergi bukan dengan rasa benci. Benih-benih itu pergi untuk memberi bahagia di tempat lain. Benih-benih Dandelion terbang bebas tertiup angin. Mereka hilang dan tak pernah mencoba kembali, karna mereka telah menemukan tempat baru untuk ditinggali.


Benih-benih itu tumbuh secara liar. Di mana angin mendaratkan mereka, di sanalah mereka akan menumbuhkan bahagia yang baru. Tumbuh indah dan rupawan.


Kamu, adalah salah satu benih Dandelion di mataku.


Mungkin benar kamu terlalu indah untuk menjadi milikku. Hingga akhirnya kamu memilih untuk pergi, bukan bertahan di sisi. Taburkan bahagia di manapun kamu sekarang berada. Aku tak akan membencimu, karna kamu sempat menjadi alasanku bahagia. Meski hanya sementara.


Pergilah kamu tanpa beban, aku memberimu doa sebagai pengganti pelukan. Tapi ingat, ketika kamu memutuskan untuk pergi, jangan pernah mencoba kembali.


Aku tak akan menunggumu kembali, bahkan aku tak akan menerimamu kembali.


Benih Dandelion pergi, karna dia tahu bukan di sana tempatnya bahagia. Maka dia memutuskan mencari bahagia yang sebenarnya. Seperti itulah kamu. Bahagiamu bukan berada di sisiku. Jangan kembali, jangan mencoba kembali, jangan pernah berfikir untuk kembali.


Ku harap kamu menemukan tempat yang nyaman untuk tinggal dan bertahan. Jangan pernah pergi lagi dari sana, karna kamu terlalu indah untuk menanggung luka dan kecewa.


Tentangku? Ah.. Jangan khawatir. Aku di sini akan mencoba mencari bahagia yang sesungguhnya. Seperti Dandelion yang dapat terus menciptakan bahagia meski telah ditinggalkan benih-benihnya ke angkasa.


Bunga dandelion..


Ia tak memiliki waktu untuk hanyut dalam keterpurukan akan sakitnya kehilangan. Ia lebih memilih tumbuh mekar, agar banyak bahagia yang tercipta ketika melihat keindahannya.

“Kamu, aku. Kita. Meski dengan jalan yang berbeda, kita memiliki tujuan yang sama. Bahagia.”

Komentar

  1. Seindah apapaun kata kamu rangkai, perpisahan tetaplah hal yang menyedihkan. Entah kamu permanis dengan kata-kata indah sekalipun, kesedihan tetap susah dielakkan.
    Dandelion, bagus :D

    BalasHapus
  2. kalo itu yang terbaik.. yasudahlah

    BalasHapus

Posting Komentar

"Recehan kalian sangat berarti untuk pembangunan blog ini kedepan. Terima kasih."

Postingan populer dari blog ini

Aku, Kamu, Dia, Mereka = INDONESIA

Sanggupkah Aku?

Bicara Hanya Bicara